Aku telah menjanda 2 tahun lamanya dampak telah tdk ada ketepatan da nada konflik yg tdk terberakhirkan oleh mantan suamiku, aku dulu sangat saying dengan suamiku tapi selang 1 tahun perilaku suamiku memperlihatkan watak aslinya, ia suka maen tangan kalau sedang marah.
Perkenalkan nama saya Santi saat menjada aku berumur 26 tahun aku mempunyai 1 orang anak dari mantan suamiku. Keseharianku aku rutin memakai jilbab yg penting sopan yg menutupi setengah dari dadaku. Suamiku tdk sempat memberiku nafkah, sebab dirinya seorang pengangguran. Dengan cara umum, ia bukan laki-laki yg bertanggung jawab.
Pada akhirnya, ia pun menceraikanku, seusai berselingkuh dengan wanita lain. Pada saat itu aku sedang mengandung anak hasil perkawinanku denganya. Kekalutan yg kualami dampak perceraian itu membikinku mengalami depresi selagi berbagai bulan, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku wajib bangkit.
Perlahan-lahan akupun mulai bangkit, dan melupakan perceraian tragis yg menimpa diriku. Aku ingat, bahwa aku wajib menghidupi anaku.
Akupun pun bekerja pada sebuah biro konsultasi psikologi, mengingat aku merupakan sarjana psikologi. Bisa dikatakan, penghasilanku hanya pas-pasan untuk menghidupi diriku dan anaku. Pada saat ini, anaku, yg berumur 4 tahun kutitipkan pada neneknya di kota Y. Sedangkan aku sendiri bekerja di kota S, sebuah kota di jawa tengah.
Di kota tersebut aku tinggal di kamar kost sederhana. Setiap akhir pekan aku mengunjungi anaku di rumah neneknya. Tidak sedikit pria yg mengatakan bahwa aku mempunyai wajah yg cantik dan keibuan. Dengan balutan jilbab yg rutin ku kenakan, aku menjadi Nampak anggun di mata para pria. Di samping itu, tidak ada tanda-tanda bahwa aku merupakan seorang bunda beranak satu.
Tidak sedikit yg mengagnggap aku tetap gadis. Tinggi badanku merupakan 165 cm. Ukuran payudaraku tdklah besar, hanya 32 B, bakal tetapi, pantatku bulat, padat dan membusung. Mesikipun telah beranak 1, aku mempunyai perut yg datar. Hal ini tercapai sebab ku terbukti rajin berolah raga. Tidak heran, meskipun statusku janda beranak 1, tetap tidak sedikit pria yg mengharap cinta dariku.
Bakal tetapi, pada saat itu, aku belum berfikir untuk menjalin hubungan yg serius dengan seorang priapun. Faktor ini dikarenakan sebab tetap ada sisa-sisa trauma dampak perceraian yg menyakitkan tersebut. Aku mempunyai pandangan bahwa semua pria merupakan pendusta. Untuk apa aku menikah lagi kalau hanya untuk bercerai lagi. Telahlah…aku telah merasa hidup bahagia sebagai single parent. Tidak bisa kupungkiri bahwa aku merindukan pelukan pria.
Pasti saja, sebab aku sempat merasakan manisnya seks, maka akupun tidak jarangkali merindukanya. Hingga saat ini, aku tetap kuat untuk menahan hasrat itu, jadi aku tdk terjerumus dalam seks bebas. Di samping dalam rangka menjaga norma dan keyakinan yg aku anut, Aku juga wajib menjaga imej ku sebagai seorang wanita berjilbab yg rutin berpakaian rapih dan sopan.
Sejujurnya, aku tidak jarangkali bermasturbasi untuk mengurangi hasrat seksku tersebut. Heranya, terus tidak jarang ku bermasturbasi, keinginanku untuk disetubuhi oleh pria justru terus menggebu-gebu. Masturbasi hanya mengurangi hasratku untuk sementara, hanya pemuasan kebutuhan biologis semata, tetapi kepuasan psikologis tdklah aku bisakan.
Adapun alat yg tidak jarang ku pakai untuk bermasturbasi merupakan buah mentimun. Uhhh…sungguh beruntungnya buah mentimun itu…Sementara para pria yg menghrap cinta padaku saja belum ada yg sukses menikmati jepitan celah di pangkal pahaku, tapi buah mentimun silih berganti telah menyodok berkali-kali. Terkadang diam-diam aku meperbuat masturbasi sambil melihat film porno di kkomputerku ketika di kost sendirian.
Dengan status jandaku, pasti saja ada berbagai pria yg berpendapat diriku merupakan perempuan gampangan, yg butuh dibelai. Dengan demikian, ada berbagai pria yg tidak jarang meperbuat perilaku yg menjurus pada pelecehan seks, dari verbal hingga pada sentuhan fisik. Salah satunya merupakan bosku, seorang cina, yg sekaligus pemilik dari biro konsultasi tempatku bekerja. Dengan pura-pura tdk sengaja, ia terkadang meremas pantatku alias teteku. Aku sebetulnya risih dengan faktor itu, dan tdk krasan untuk bekerja di situ.
Ia seakan tdk peduli bahwa aku merupakan seorang wanita berjilbab yg rutin sopan dalam berpakaian dan berperilaku. Ia bahkan sempat menempelkan k0ntolnya di belahan pantatku ketika aku sedang membungkuk, sebab membetulkan mesin printer di kantor. Aku terkejut, sebab di sela-sela pantatku terasa ada batang keras yg menekan. Aku pun lalu segera menghindar.
Aku tdk bias marah padanya,sebab aku tetap berharap untuk bias bekerja di biro miliknya tersebut. Aku hanya menampilkan ekspresi muka tdk suka, sambil pipiku memerah sebab malu. Ia hanya tersenyum mesum sambil berangkat berlalu. Ia Nampak paham sekali bahwa aku terbukti sedang butuh untuk terus bekerja di bironya. Sunguh aku sangat benci dan jijik dengan perilaku bosku tersebut. Bosku tersebut seorang pria Cina berumur 40 tahunan.
Ia telah berkeluarga, dan keluarganya tinggal di luar Jawa. Namanya Om Roby. Ia mempunyai tinggi 160 cm, dengan badan yg agak gemuk perut yg buncit. Ia Nampak gempal. Pada sebuahhari, aku menerima berita dari ibuku yg tinggal di kota Y, bahwa anaku sakit keras, hingga wajib opname. Bahkan dokter menyebutkan bahwa anaku wajib dioperasi secapatnya, kalau tdk, bias fatal. Untuk anggaran operasi tersebut butuh uang setidak sedikit lima juta rupah.
Orang tuaku menyebutkan bahwa mereka telah kehabisan dana untuk anggaran pengobatan anaku. Sementara, aku sendiri telah kehabisan uang sebab saat ini telah tanggal tua. Uang hanya lumayan untuk menyambung hidup kemarin hari. Aku pun bingung, wajib memperoleh uang darimana lagi. Tetap tidak sedikit hutangku pada teman-temanku, jadi aku segan untuk berhutang lagi pada mereka. Satu-satunya yg bias aku perbuat merupakan mengeluh pada Om Roby.
Tapi aku merasa ngeri, sebab itu berarti memberinya peluang untuk melecehkanku dengan cara seksual. Aku pun menjadi ragu. Bakal tetapi, sebab aku telah sangat panic, akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan faktor itu pada Om Roby. Dengan perasaan tdk karuan, aku memberanikan diri untuk menuju ruang Om Roby. Saat itu, aku mengenakan jilbab warna pink sepanjang lengan, dengan baju kurung yg sewarna, dan rok panjang hitam dari bahan kain yg lemas.
Dengan demikian, celana dalamku agak tercetak di permukaan luar roku. Tok…tok..tok..tok…suara ketukanku di kamar kerja Om Roby “Masuk”…..aku dengar suara Om Roby berseru dari dalam ruangan Aku pun membuka pintu. Om Roby yg sedang duduk di belakang meja kerjanya menatapku dengan tatapan mesumnya, yg seolah menelanjangi tubuhku. “silahkan duduk”, katanya mempersilahkanku untuk duduk “Ada apa cah ayu?….dia bbertanya padaku dengan nada menggoda.. Sambil menunduk, akupun pun mengatakan kebutuhanku pada Om Roby sambil terbata-bata… “Mmmaaaff Om, anak saya sedang sakitt kerass… Keringat dinginku mulai mengucur…. Terus??? Om Roby bertanya dengan nada sedikit ketus.. “Mmaksud saya, saya mau pinjam uang sama bapak??”…Unntuk pengobatan anak saya” Saya telah tdk ada uang…
Ketika aku mengatakan semacam itu, Om Roby hanya mengangguk-amgguk dengan tatapan melecehkan. “Vinaii, dengan berat hati saya katakana ke kamu, kalo saya tdk ada uang yg bias saya pinjamkan ke kamu…?” “Tolongkah saya Om, anak saya sakit.. berbagi saya lima juta rupiah saja…nanti bias dipotong gaji saya”…kataku menghiba..
Air mataku mulai mengalir dari sudut-sudut mataku.. “Kamu tau kan, biro ini sedang ketidak lebihan modal”, kata Om Roby dengan datar dan tenang.. “jumlah klien kami terus sedikit”, “makanya pemasukan ke biro juga sedikit..” “Ya telahlah, aku bisa usahakan uang itu”…kata Om tan… Kemudian ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan berbagai gepok uang 50ribu rupiahan.
Ia pun memberbagiya padaku. Seusai dihitung, ia telah memberbagi uang padaku setidak sedikit 6juta rupiah, lebih tidak sedikit dari harapanku. Om Roby mengatakan, Uang itu boleh kalian pinjam dulu..Kamu nggak usah mikirin ntar gimana ngembalikanya…Udah,cepet, kalian bawa pulang..kamu tunggu anak kalian sampe operasinya berakhir…kamu boleh libur… Dengan perasaan bahagia dan rasa terima kasih yg tdk terkira, aku pun berpamitan dengan Om Roby dengan menyalami tanganya.. Aku pun bersyukur, operasi anaku berlangsung dengan lancer. Seusai itu, aku kembali bekerja di kantor Om Roby.
Semenjak itu, Om Roby terus menjadi-jadi dalam melecehkanku dengan cara seksual. Sebab hutang budiku padanya,aku pun tidak bias berbuat apapun tidak hanya pasrah dengan perlakuan Om Roby. Setiap kali berpapasan denganku, ia tidak bakal membiarkan pantatku lolos dari jamahanya. Tidak jarangkali, ia mengejutkanu dari belakang dengan tutorial meremas pantatku. Aku hanya bias menjerit kecil. Terus lama iapun terus berani untuk menjamah tubuhku yg lain. Payudaraku dan pangkal pahaku sempat diremasnya.
Yg aku heran,dia tetap paling suka meremas pantatku, mesikipun ia sesungguhnya bisa dengan leluasa untuk menjamahi payudara dan pangkal pahaku. Ketika aku sedang berdiri di dekatnya, ia mengakaku ngobrol sambil jarinya menelusuri belahan pantatnya. Dengan perasaan malu aku ingin menghindari setiap perlakuanya, tetapi ku tidak berdaya.
Sungguh, aku merasa menjadi seorang perempuan terjangkauan yg bias dinikmati oleh pria cina itu demi sejumlah uang. Sungguh kontras dengan penampilanku yg rutin berjilbab sopan ini. Suatu ketika, seorang pembantu kantor bernama Om Roby memberitahuku bahwa Om Roby terbuktigilku untuk dating ke ruanganya. “Mbak, Om Roby manggil mbak ke ruangnya” “Huh…ada apa lagi nih??”…tanyaku dalam hati…Pelecehan apa lagi yg kan aku terima???? Gumamku “Mhhh….iya pak…Nanti saya ke sana… “Cepet ya mbak”…Pak Roby minta mbak dating cepet….” Kata Om Roby sambil berlalu “Iya…iya Om Tatang”…Kataku sambil tersenyum pada Om Roby..
Hari itu aku mengenakan jilbab warna krem yan menutupi dua bukit mungilku, dengan baju kurung dan rok panjang…Dengan gontai dan perasaan yg tdk tenang akupun dating ke ruang Om Roby. “tok…tok…tok” ku ketuk pintu ruang Om Roby “Masuk”…terdengar teriakan Om Roby dari dalam ruangan Aku pun masuk, dan Om Roby mempersilahkanku duduk.
Dengan senyum jahat tersungging di bibrnya, ia menatapku dengan pandangan nafsu. Aku hanya menunduk dengan muka yg malu bercampur cemas. “Mhhhhh, begini Vina…., saya Cuma mau informasikan ke kamu,kalau hutang kalian ke kantor telah jatuh tempo…Kantor butuh uang itu segera. Kalian bilang mw angsur hutang kamu,tapi hingga sekarang,telah tiga bulan, kalian sama sekali belum angsur..Saya udah kasih kalian keringanan looo….”
Om Roby mengatakan dengan nada serius. Jantungku berdetak keras,memompa darahku cepat sekali.. Wah,cilaka…pikirku.. Aku jelas tdk sanggup untuk membayar hutangku. Bahkan untuk mengangsur pun aku tdk mampu.
Saat ini hutang itu telah ditagih.. Ohhhh…betapa malang hidupku, jeritku di hati. “Mhhhh….mmaaf Om,saya belum sanggup membayarnya…” jawabku terbata-bata… “Kebutuhan saya tidak sedikit sekali, dan uang gaji saya saja tdk cukup”…. Tak terasa, air mataku mulai meleleh. “Iya, saya tau…tapi persoalannya, kantor ini juga butuh biaya..Kan telah aku bilang, kalau biro ini lagi seret…Klien kami terus sedikit???” Suara Om Roby mulai meninggi…
Air matakupun terus deras mengalir.. Tidak sadar aku mulai sesenggukan. Dengan ujung jilbabku aku usap air mataku. Om Roby tetap Nampak cuek, sambil sesekali meliriku. Sorot matanya memperlihatkan kelicikan.. “Hmmmmm….apapun kalian wajib membayar hutang kamu”…. ”Atau kami berakhirkan saja dengan cara hokum??”..Ancam Om … Aku terus panic dengan ancaman itu… “Ssaya mohon jangan pak…” “Saya pasti bakal bayar…Saya tetap punya anak pak….” Kataku tersedu-sedu… “Trus, kalian mau membayar pake apa?” “Kamu bilang nggak punya uang?”
“Beri saya waktu barang satu minggu, saya bias usahakan”….jawabku putus asa… Satu minggu pun aku tdk yakin bakal memperoleh uang sejumlah itu. “Wah…wah…Aku meragukan kalian bakalan sanggup membayar”…Paling hanya menunda waktu…Gak ada gunanya”… “Saya nggak bakal kasi keringanan lagi” “Sssayaaa mohon ommmm”….aku berusah menahan tangisku supaya tidak terus keras… “Mhhhhh…baik…baik….” “Aku bias kasi kalian solusi”….”Supaya kalian bias lunasin utang kamu” Aku agak lega mendengar ucapan Om …
Aku memandanginya dengan pandangan bertanya.. “Mhhhhh…boleh tau pa solusinya Om?” ungkapku “Kamu bias membayar hutangmu dengan tubuh molek kalian itu”…Kata Om Roby sambil melirik padaku dengan sorot mata birahi…
Bagai disambar petir…aku terkejut mendengar ucapan Om Roby..Aku kehabisan kata kata… “Nggak,nggak mau”….jawabku sambil menangis “Kamu bias apa….??Kalo kalian ngga membayar sekarang, ya diberakhirkan lewat hokum. Aku bakal laporkan kalian ke polisi”…
Ancam Om Tan…Dia sungguh lihai mempermainkan perasaanku.. Aku merasa terus putus asa.. Aku hanya bias menangis. Tangisku yg tertahan pun mulai keluar juga… Tetapi Om Roby tetap tidak peduli.. Aku hanya tertunduk sambil menangis. Air mataku telah basahi jilbabku.
“Hehehe…lagian,kamu kan telah lama jadi janda..Masa sih,ga kangen sama k0ntol??? Kalian puas,hutangmu lunas…Tawaran luar biasa kan?? Goda Om tan… “Kamu tinggal ngangkang aja,biar memekmu disodok pke k0ntol-k0ntol lelaki birahi”…Dengan tubuh kaya kamu, gak susah kok kalian dapet duit tidak sedikit..heheheh”…
Apalagi yg jilbaban kaya kamu, pasti tidak sedikit peminatnya.. Tanpa ku sadar, Om Roby telah berdiri di sampingku, dan tanpa basa-basi, iapun luar biasa tanganku hingga aku berdiri. Aku ingin menolak dan lari, tetapi aku sadar bahwa aku tdk lagi punya kuasa.
Bahkan pada diriku sendiri. Saat ini aku telah dikuasai oleh Om Roby. Aku hanya pasrah ketika ia luar biasa tubuhku hingga berdiri. Dengan penuh birahi, Om Roby luar biasau ke dalam pelukanya. Dengan rakus Om Roby melumat mulutku dengan mulutnya.
Tanganya menjamahi dua payudaraku yg tetap tertutup jilbab itu. Kurasakan perut buncit Om Roby menekan tubuhku. Mhhhh…..mphhhhhh….aku berusaha meronta,menghindari ciuman Om tan…tetapi mulutnya terus mengejar mulutku. Dengan kasar dibaliknya tubhku hingga aku membelakanginya.
Lalu ditekanya tubuhku hngga perutku menempel di tepi mejanya. Tanganku berpegangan pada meja supaya menopang badanku. Saat ini aku dalam posisi agak membungkuk, dengan pantat yg membusung kea rah Om Roby. Saat ini pantatku begitu leluasa untuk dijamahinya. Dengan kasar ia meremas pantatku. Aku merasakan ada sesuatu yg menganjal di pantatku..